4 CARA MERAIH SURGA ALLAH DENGAN MEMPERBAIKI AKHLAK

4 CARA MERAIH SURGA ALLAH DENGAN MEMPERBAIKI AKHLAK


4 cara meraih surga dengan memperbaiki akhlak :

1. Meninggalkan tidur untuk alam kubur. Meninggalkan tidur untuk kubur maksudnya adalah mengganti ketenangan tidur dengan melakukan amal shalih yang bisa membuat ketenangan di alam kubur kelak sesudah matinya.
2. Meninggalkan sikap membanggakan diri untuk mizan. Meninggalkan sikap membanggakan diri untuk mizan maksudnya adalah mengganti sikap membanggakan diri dengan melakukan amal shalih sehingga timbangan kebaikannya dalam mizan di akhirat kelak akan menjadi berat.
3. Meninggalkan istirahat dengan beralih pada shirath. Meninggalkan istirahat untuk shirath maksudnya mengganti ketenangan istirahat dengan melakukan amal yang membuatnya bisa melewati shirath dengan cepat, yakni dengan meninggalkan segala bentuk maksiat.
4. Meninggalkan syahwat untuk surga. Meninggalkan syahwat untuk surga maksudnya mengganti kesenangan-kesenangannya dengan melakukan berbagai ibadah meskipun terasa berat dalam melakukannya, sebab sebagaimana disebutkan dalam satu hadist : surga itu dipagari dengan sesuatu yang tidak disukai oleh kebanyakan manusia.

dengan mengamalkan cara cara ini insya allah kita akan dapat meraih surga allah amiin ya robb.

Cara Masuk Surga Tanpa Mampir di Neraka


Ada sebuah kabar gembira dari Allah swt, kabar gembira tersebut adalah:

“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)-nya, maka dia berada dalam kehidupan yang diridai.” (Q.S. Al Qoriah: 6-7)

Di manakah kehidupan yang diridai tersebut? Dalam Alquran diterangkan bahwa kehidupan yang diridai adalah surga.

(21). Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai. (22). Dalam surga yang tinggi. (Q.S. Al-Haqqah [69]: 21-22)

Kemudian Allah mengulangi kembali pesan atau kabar gembira ini.

“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran. Maka barang siapa berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 8)

Sedemikian pentingnya pesan ini hingga Allah swt. mengulanginya sebanyak 3 kali.

“Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al-Mukminun [23]: 102)

Lebih jelasnya, dalam Surat Al-Mujaadilah (58) ayat 22, Allah menyediakan surga bagi orang-orang yang diridai-Nya sehingga mereka termasuk golongan orang-orang yang beruntung.

“...Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa rida terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itu adalah golongan yang beruntung.” (Al-Mujaadilah [58]: 22)

Dalam perdagangan, orang yang beruntung ialah mereka yang pemasukannya lebih banyak dari pengeluaran. Dalam bahasan kita kali ini, orang yang beruntung ialah orang yang lebih banyak kebaikan daripada keburukannya. Jika seseorang harus masuk ke neraka dulu untuk membakar dosa-dosanya, tentu ia tidak bisa dikatakan sebagai orang yang diridai Allah dan beruntung.

Jadi, kabar gembiranya ialah ternyata tidak hanya para nabi yang bisa langsung masuk surga. Kita pun bisa langsung masuk surga tanpa harus mampir ke neraka asalkan kebaikan (pahala) lebih banyak dari keburukan (dosa).

Namun, kemudian muncul sebuah pertanyaan, bukankah orang yang berat timbangan kebaikannya tetap saja masih mempunyai dosa yang harus dipertanggung-jawabkan walaupun sedikit? Jawabannya ada pada Alquran,

“(Ingatlah) hari (dimana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan. Itulah hari ditampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barang siapa yg beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” (Q.S. At Taghabun [64]: 9)

Allah akan menutupi kesalahan-kesalahan kita karena keimanan serta amal saleh yang kita kerjakan. Jadi, bukan dimasukkan ke neraka dahulu untuk membersihkan dosa-dosa baru kemudian masuk surga. Semua orang mempunyai kesalahan tetapi orang yang beriman dan beramal saleh tidak akan diseret ke neraka karena mereka telah dibersihkan dari dosa.

"Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke neraka). Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa)." (Q.S. As Shaffat [37]: 127-128)

Menurut ayat tersebut, dosa tidak dibersihkan di neraka. Orang yang beranggapan bahwa semua orang akan masuk neraka untuk membersihkan dan mempertanggungjawabkan dosanya, mendasarkan pendapatnya pada Alquran surat Maryam,

“Dan tidak ada seorang pun dari kamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.” (Q.S. Maryam [19]: 71)

Padahal jika mereka teliti, ada pengecualian di ayat berikutnya yaitu ayat 72,

“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (Q.S.Maryam [19]: 72)

Yang dimaksud “kamu” pada Surat Maryam ayat 71 bukan semua manusia karena ada pengecualian bagi orang-orang yang dibersihkan Allah. Penjelasan ayat tersebut ada di ayat lainnya,

" Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih. Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan, Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Mereka itu memperoleh rezki yang tertentu,Yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan,Di dalam surga-surga yang penuh kenikmatan." (Q.S.Ash Shaffaat [37]: 38-43)

Jadi, dosa tidak dibersihkan di neraka. Lalu, dengan apa Allah membersihkan kita dari dosa? Allah akan menghapus dosa dengan kebaikan yang pernah kita kerjakan asalkan kebaikan lebih banyak dari keburukan sehingga mencukupi untuk menghapus semua dosa tersebut.

“....Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Q.S. Huud [11]: 114)

Misalnya kita mempunyai timbangan kebaikan 70 dan timbangan keburukan 20. Maka, keburukan kita akan dihapus oleh kebaikan yang kita miliki. Dosa 20 dikurangi pahala 70. Hasilnya tidak ada lagi sisa dosa, sedangkan sisa pahala tinggal 50. Jadilah kita sekarang bersih dari dosa dan masih memiliki tabungan 50 kebaikan. Dengan begitu wajarlah jika kita bisa langsung masuk surga tanpa harus terjerumus ke neraka karena kita tidak memiliki sisa keburukan sedikit pun.

Kenikmatan surga bagi orang yang punya sisa pahala 50 akan berbeda dengan seseorang yang mempunyai sisa pahala 5.000. Bisa jadi mereka tinggal di surga yang sama, namun rasa atau kenikmatannya berbeda-beda. Seperti halnya kita tinggal di bumi yang sama namun masing-masing merasakan kenikmatan yang berbeda-beda.

Di sebuah rumah makan, beberapa orang menyantap hidangan yang sama tetapi setiap orang merasakan kenikmatan yang berbeda. Ada yang kepedasan, keasinan dan ada pula yang kemanisan. Ada orang yang tinggal di rumah mewah tapi tidak bahagia karena tidak bersyukur. Namun, ada orang yang tinggal di rumah yang sederhana dan bahagia karena pandai bersyukur. Setiap orang mempunyai derajat yang berbeda-beda di dunia dan akhirat sesuai dengan amal salehnya.

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (Al-An’am [6]: 132)

Allah telah menyediakan empat surga bukan tujuh seperti yang kita pahami selama ini.

(46). Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.
(62). Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi. (Q.S. Ar Rahman [55]: 46 dan 62)

Ada yang bertanya, bagaimana jika timbangannya seimbang? Kebaikan dan keburukannya sama banyaknya. Jawabnya, Allah tidak akan memungkinkannya karena tidak ada keterangan dalam Alquran dan Hadis. Selain itu, dari berjuta kejadian yang kita alami dari lahir hingga meninggal dunia, kecil sekali kemungkinan untuk seimbang. Kalaupun ada yang seimbang maka Allah Maha Mengetahui dimana dia ditempatkan.

Semoga tulisan ini dapat memotivasi kita untuk terus mengejar bola-bola kebaikan dimana saja demi meraih piala surga.

“Berlomba-lombalah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Q.S. Al-Hadiid [57]: 21)

Ada yang berkata, “Kita hendaknya beribadah hanya mengharap keridaan Allah bukan pahala dan surga. Jika kita beribadah karena mengharap pahala dan surga, berarti ibadah kita tidak ikhlas karena masih mengharap pamrih.”

Selintas kalimat itu terdengar benar dan indah tetapi ternyata tidak demikian. Pahala dan surga serta keridaan Allah merupakan satu paket yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah menyuruh kita berlomba-lomba meraih piala surga. Jika kita tidak peduli dengan pahala surga sama artinya kita tidak peduli dengan perintah Allah tersebut.

“Sesungguhnya (surga) ini benar-benar kemenangan yang besar. Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja” [QS. Ash shaffaat (37) :60-61]

“Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (syurga). Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya). Laknya adalah kesturi; Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba”. [Al Mutaffifin (83):26]

ROSULULLOH DALAM MELAYANI ISTRINYA.


 10 Teladan Rasulullah Melayani Istrinya

Nabi Muhammad SAW adalah manusia teladan untuk semuruh umat manusia. Karena Beliaulah hubungan suami istri menjadi semakin serasi dan bahagia.
Baginda Rasul SAW memberikan teladan buat kita-kita yang sudah menikah kawan.

10 Teladan Rasulullah SAW kepada Istrinya.

1. Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah baginda teramat lapar waktu itu..
Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yang mentah pun tidak ada karena Siti ‘Aisyah belum ke pasar.

Maka Nabi bertanya, "Belum ada sarapan ya Humairah?" (Humairah adalah panggilan mesra untuk Sayidatina ‘Aisyah yang berarti "Wahai yang kemerah-merahan")
Aisyah menjawab dengan agak serba salah,"Belum ada apa-apa wahai Rasulullah."
Rasulullah lantas berkata,"Jika begitu aku puasa saja hari ini."
Tanpa sedikit tergambar rasa kesal di raut wajah baginda.

2. Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudah selesai sembahyang.

3. Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang sudah siap di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyingsingkan lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur.
Siti ‘Aisyah menceritakan,"Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga."

4. Kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya.
Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.

5. Sebaliknya baginda sangat marah tatkala melihat seorang suami sedang memukul isterinya.Rasul ullah menegur,‘Mengap a engkau memukul isterimu?’ Lantas dijawab dengan agak gementar, "Isteriku sangat keras kepala! Sudah diberi nasihat dia tetap begitu juga,jadi aku pukul lah dia."‘Aku tidak menanyakan alasanmu,’
sahut Rasulullah SAW,"Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu kepada anak-anakmu?"



6. Pernah baginda bersabda,"Sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik, kasih dan lemah lembut terhadap isterinya."
Prihatin,sabar dan rendah hati baginda dalam menjadi ketua keluarga langsung tidak sedikitpun menurunkan kedudukannya sebagai pemimpin umat.

7. Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH SWT dan rasa kehambaan yang sudah melekat dalam diri Rasulullah SAW menolak sama sekali rasa kesombongan.

8. Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH langsung tidak dijadikan sebab untuknya merasa lebih dari yang lain, ketika di depan ramai maupun dalam kesendiriannya.

9. Pintu Syurga telah terbuka seluas-luasnya untuk baginda, Baginda masih lagi berdiri di waktu-waktu sepi malam hari, terus-mene rus beribadah hinggakan pernah baginda terjatuh lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak .

10. Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi.Bila ditanya oleh Siti‘Aisyah,
"Ya Rasulullah, bukankah engaku telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?"
Jawab baginda dengan lunak, "Ya ‘Aisyah,apakah aku tak boleh menjadi hamba-Nya yang bersyukur.." 

Fans Page : Irmasal