syukur dalam doa


[DOA] Mohon Dijadikan Hamba Yang Bersyukur

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

“..Rabbi aw zi’niy an asykura ni’matakallatiy an’amta ‘alayya wa’alaa waalidayya wa an a’mala shaalihan tardhaahu wa adkhilniy birahmatika fiy ‘ibadikashshaalihiin..”

“Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (Q.S. An-Naml : 19)


رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“..Rabbi aw zi’niy an asykura ni’matakallatiy an’amta ‘alayya wa’alaa waalidayya wa an a’mala shaalihan tardhaahu wa ashlihliy fii dzurriyyatiy inniy tubtu ilayka wa inniy minal muslimiin..”

“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni`mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (Q.S. Al-Ahqaf : 15)

Firman Allah SWT:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 152)

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 172)

“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali ‘Imran, 3 : 145)

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim, 14 : 7)

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nahl, 16: 18).

“Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (QS. An-Naml, 27 : 40)

“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Qashash, 28 : 73)

“Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.” (QS. Al-‘Ankabuut, 29 : 17)

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Q.s. Luqman, 31 : 12)

Fabiayyi aalaa rabbikumaa tukadzdzibaan?

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

SEMOGA BERMANFAAT...

CARA MENENANGKAN HATI ALA ISLAM


CARA MENENANGKAN HATI DALAM ISLAM

Cara menenangkan hati dalam Islam diantaranya adalah dengan berdzikir mengingat Allah. Dengan berdzikir, kita akan merasa bahwa masalah yang terjadi adalah atas kehendak-Nya. Allah sedang menguji kita dengan masalah tersebut.

Selain berdzikir mengingat Allah SWT, ada beberapa cara menenangkan hati dalam Islam yang bisa menjadi penawar kegelisahan yang terjadi. Yakinlah bahwa Allah tidak akan menguji hamba-Nya kecuali dalam batas kemampuannya.

SABAR
Dengan kesabaran, manusia akan lebih bisa menghadapi masalah yang berat sekalipun. Ketika Nabi Muhammad SAW menghadapi cobaan selalu dihadapi dengan kesabaran. Menenangkan hati dengan sabar sesuai dengan firman Allah yang artinya “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Qs. Al-Baqarah 153).


BERPIKIRAN POSITIF
Selalu berpikiran positif atau positive thinking sangat membantu untuk menenangkan hati yang sedang gelisah. Jangan sampai kita memiliki pikiran yang negatif tentang masalah yang sedang terjadi, apalagi sampai menyalahkan atau menuduh bahwa Allah tidak bertindak adil terhadap diri kita. Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya.

Untuk menenangkan hati, Allah telah berjanji bahwa ada kemudahan dalam setiap kesulitan sebagaimana firman Allah yang artinya “Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Qs Al-Insyirah 5-6).

BERDZIKIR (MENGINGAT ALLAH)
Cara menenangkan hati dalam Islam sebagaimana yang telah dijelaskan di atas adalah dengan mengingat Allah, kita dapat menghadapi persoalan dengan lebih tenang. Allah telah berjanji, bagi siapa saja yang mengingat-Nya, maka di dalam hatinya akan terisi dengan ketentraman.

Satu hal yang harus diingat, untuk dapat menenangkan hati, dzikir tidak hanya dilakukan sebatas ucapan lisan dan atau hati saja. Dzikir kepada Allah merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan hati, lisan, dan perbuatan yang tidak dapat dipisahkan.

Sebagaimana firman Allah yang artinya “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28).

SHOLAT
Sholat merupakan ibadah yang bisa menenangkan hati, penangkal dan penawar berbagai penyakit hati yang bersarang di dalam dada manusia. Sholat merupakan aktivitas komunikasi langsung dengan Allah yang menggenggam dan menguasai segala hati, yang menciptakan penyakit dan yang menyembuhkannya tanpa rasa sakit.

Jadi, untuk cara menenangkan hati dalam Islam adalah dengan bersabar, berpikir positif, berdzikir mengingat Allah, dan sholat. Karena semua itu adalah solusi segala persoalan, termasuk masalah penyakit hati seperti rasa gelisah, resah, gundah, gulana, galau dan lain sebagainya.

SEMOGA BERMANFAAT..

TUJUH MANFAAT ZIARAH


Tujuh Manfaat Ziarah Wali


Sunan Ampel adalah orang yang pertama kali melakukan ziarah ke makam para wali. Yaitu makam kakek dan ayahnya,kemudian makam pamannya. Dalam berziarah,beliau mengajak murid-muridnya. Setelah berziarah beliau menjelaskan manfaat-manfaat ziarah,yaitu ada tujuh manfaat.Bagaimana nasihatnya?


ZIARAH wali telah lama di lakukan umat Islam khususnya di tanah Jawa dan umumnya di Indonesia. Pertama kali ziarah dilakukan di makam Syekh Jumadil Kubro, yang berada di troloyo, Trowulan, Mojokerto, dan makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik.

Orang yang pertama kali melakukan ziarah adalah Sunan Ampel yang waktu itu masih tinggal di Bangil. Tiap ziarah di lakukan pada waktu menjelang Ramadan. Ziarah ini dilakukan tiap tahun. Untuk menuju ke dua makam tersebut, yaitu Syekh Jumadil Kubro dan ayahandanya, Asmaraqandi, Sunan Ampel menggunakan kereta bendi yang ditarik kuda.

Ketika berziarah ke makam kakek dan ayahnya, Sunan Ampel disertai murid-muridnya. Jumlahnya mencapai ratusan orang. Usai melakukan ziarah, beliau menjelaskan manfaatnya. Murid-muridnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh sambil menundukkan kepalanya di areal makam.


Sepeninggal Sunan Ampel, murid-muridnya melanjutkan ziarah ke makam-makam para wali yang lebih dahulu meninggaldunia. Ziarah murid-murid Sunan Ampel itu kemudian hari dilanjutkan oleh ummat Islam sekarang ini.


DAWUH SUNAN AMPEL

Di antara manfaat ziarah yang disampaikan oleh Sunan Ampel adalah, pertama, ziarah akan menjadikan seseorang mengenal kematian. Sehingga semasa hidupnya akan selalu ingat kepada Allah dan tidak akan menjalankan maksiat serta berprilaku sombong di muka bumi. Karena pada akhirnya manusia itu tidak berdaya setelah menghadapi maut.

Kedua, sebagai pelajaran sejarah . yaitu meneladani apa yang telah dilakukan para wali dalam menjalankan ibadah kepada Allah dan menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat yang masih beragama Hindu dan Buddha. Waktu itu Jawa dalam kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Ketiga, do’a di sekitar makam orang-orang saleh atau wali itu memiliki nilai mustajabah atau mudah dikabulkan oleh Allah. Praktik do’a di makam para wali ini pernah dilakukan oleh Syekh Abdulqadir Zaelani, Syekh Jalaluddin Rumi, dan para sufi di masa lampau. Ruh para waliyullah sesungguhnya diberi keistimewaan oleh Allah sehingga bisa pergi kemana-mana, termasuk berwujud manusia sempurna pada suatu waktu. Jga ikut mendo'akan dan mengamini do'a orang-orang yang bertawasul kepadanya.

Keempat, memberikan ketenangan hati ketika berada di makam para wali saat berzikir. Sudah ribuan orang merasakan ada ketentraman hati saat berzikir di sekitar makam wali songo. Oleh karena itu, banyak orang yang hampir tiap tahun selalu berziarah ke makam waliullah untuk menenteramkan hati.

Kelima, membangkitkan semangat untuk semakin meningkatkan ketakwaan kepada ALLAH. Cukup banyak orang yang hidupnya penuh dengan dosa. Namun setelah sering berziarah di makam, perilakunya berubah dan menjadi orang yang baik.

Keenam, untuk masa sekarang, manfaat ziarah ke makam wali songo, pertama untuk latihan sebelun keberangkatan ziarah ke tanah suci Makkah dan Madinah. Sehingga nantinya ketika menunaikan ibadah haji atau umrah bisa khusuk dan khidmat.

Ketujuh, meningkatkan spiritual. Sehingga tidak akan mengalami kekeringan rohani dalam menjalani kehidupan yang semakin kompleks. Kemudia hidup semakin ceria untuk menatap masa depan yang penuh dengan optimisme.

SUKSES ALA ISLAM.


Ada 10 Cara Sukses dalam Islam, ini belum semuanya, tetapi jika dilakukan ini sudah sangat dahsyat. Sudah banyak bukti dan cerita akan keberhasilan mengamalkan cara sukses. Bahkan, meski hanya salah satu yang difokuskan, tetapi hasilnya luar biasa.

Sukses yang kita raih, insya Allah sukses dunia akhirat, selama kita ikhlas. Kuncinya jangan pernah meminta balasan atau berharap kepada selain Allah. Dan niat utama kita adalah beribadah kepada Allah dan karena Allah. Bukan karena harta atau kesuksesan duniawi saja.

Jika kita mengharapkan akhirat, insya Allah dunia akan mengikuti.

10 Cara Sukses dalam Islam

#1 Niatkan Maka Kau Akan Mendapatkan

Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadist:

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. (HR Bukhari Muslim).

Penting Untuk Membaca Penjelasan lengkap disini: Niatkan, maka Anda akan mendapatkan

#2 Mendoakan Saudara

Rahasia itu ialah: mendo’akan saudara kita kebaikan yang sama dengan yang kita inginkan tanpa sepengetahuan orang tersebut. Jika kita mendo’a saudara kita, tanpa sepengathuan kita, insya Allah kita akan mendapatkan apa yang kita do’akan.

Dari Abu Darda ra bahwasannya ia mendengar Rosululloh SAW bersabda: “Tiada seorang muslim yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya, kecuali malaikat berkata: Dan untuk kamu pula seperti itu”. (HR. Muslim)

#3 Miliki Ilmunya

Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan (cahaya) bulan purnama atas seluruh cahaya bintang. (H.R. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah)

“Barangsiapa menginginkan sukses dunia hendaklah diraihnya dengan ilmu dan barangsiapa menghendaki sukses akherat hendaklah diraihnya dengan ilmu, barangsiapa ingin sukses dunia akherat hendaklah diraih dengan ilmu” ~Iman Syafi’i

#4 Berubahlah

Allah yang menentukan, namun perintah Allah juga agar kita mau mengubah diri sendiri. Maka, jika Anda ingin meraih apa yang Anda inginkan atau mengubah kondisi Anda, maka berubahlah.

“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri yang mengubah nasib atau keadaan yang ada pada dirinya ” (QS Ar-Ra’d:11)

#5 Silaturahim

“Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau dikenang bekasnya (perjuangan atau jasanya), maka hendaklah ia menghubungkan silaturahmi.” (HR Muslim)

“Barang siapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahmi.” (HR Imam Bazar, Imam Hakim)

#6 Berdo’a

Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang-orang yang memohon kepada-Ku. Maka bermohonlah kepada-Ku dan berimanlah kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran (Q.S Al-Baqarah :186).

Hadits dari Imam Turmudzi dan Hakim, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahwa Nabi SAW Bersabda : “Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali do’a, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada do’a”. (HR Turmudzi dan Hakim)

# 7 Tawakal

Dari Umar bin Khoththob radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-sebenarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada seekor burung yang pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang.”
(Diriwayatkan oleh at-thirmidzi)



#8 Shadaqah

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 261)

# 9 Syukur

Jika kamu bersyukur pasti akan aku tambah (nikmat-Ku) untukmu dan jika kamu kufur maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih” (QS Ibrahim: 7)

# 10 Bertaqwa

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath Thalaaq:2-3)

Penutup

10 Cara Sukses dalam Islam ini hanya sebagian dari cara sukses yang ada di dalam Al Quran dan hadits. Jika diteliti lagi, akan sangat banyak yang menjadikan kita menjadi manusia sukses. Sukses seutuhnya, bukan hanya sukses di dunia, tetapi juga di akhirat.

Mau menambahkan? Silahkan di form komentar, dengan senang hati

SEBERSIT KISAH TENTANG WALISONGO

IRMASAL--Wali Songo adalah orang-orang yang menyebarkan agama Islam di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan. Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata. Era wali songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat wali songo lebih banyak disebut dibanding yang lain. Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit, Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa yakni nuansa Hindu dan Budha. Mungkin selama ini banyak yang mengartikan bahwa wali songo itu jumlahnya sembilan orang, namun bila kita telaah lebih jauh ternyata wali songo ini terdiri dari beberapa orang dan melewati beberapa fase perkembangan.


A. FASE-FASE WALI SONGO
1. Fase Pertama Wali Songo
Islam telah menjadi agama di Nusantara khususnya pulau jawa, tetapi pada masa itu masih terbatas pada keluarga pedagang yang menikah dengan warga pribumi yang bermukim disekitar pelabuhan. Kerajan Majapahit dan Pajajaran masih berdiri kuat, masyarakatpun masih banyak yang beragama Hindu. Keterangan tentang situasi tersebut sampai kepada Sultan Muhammad I, penguasa Turki. Kemudian beliau mengirim surat kepada para pembesar di pembesar Islam di Afrika Utara dan Timur Tengah. Isinya meminta para ulama yang mempunyai karomah untuk dikirim ke pulau Jawa. Maka terkumpullah sembilan ulama berilmu tinggi serta memiliki karomah. Surat tersebut mendapat respon yang baik.

Pada tahun 808 Hijrah atau 1404 Masehi para ulama itu berangkat ke Pulau Jawa. Mereka adalah:
  1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki ahli mengatur negara. Berdakwah di Jawa bagian timur. Wafat di Gresik pada tahun 1419 M. Makamnya terletak satu kilometer dari sebelah utara pabrik Semen Gresik.
  2. Maulana Ishak berasal dari Samarqand (dekat Bukhara-Rusia Selatan). Beliau ahli pengobatan. Setelah tugasnya di Jawa selesai Maulana Ishak pindah ke Pasai dan wafat di sana.
  3. Maulana Ahmad Jumadil Kubra, berasal dari Mesir. Beliau berdakwah keliling. Makamnya di Troloyo Trowulan, Mojokerto Jawa Timur.
  4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maghrib (Maroko), beliau berdakwah keliling. Wafat tahun 1465 M. Makamnya di Jatinom Klaten, Jawa Tengah.
  5. Maulana Malik Isroil berasal dari Turki, ahli mengatur negara. Wafat tahun 1435 M. Makamnya di Gunung Santri.
  6. Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal dari Persia (Iran). Ahli pengobatan. Wafat 1435 M. Makamnya di Gunung Santri.
  7. Maulana Hasanuddin berasal dari Palestina. Berdakwah keliling. Wafat pada tahun 1462 M. Makamnya disamping masjid Banten Lama.
  8. Maulana Alayuddin berasal dari Palestina. Berdakwah keliling. Wafat pada tahun 1462 M. Makamnya disamping masjid Banten Lama.
  9. Syekh Subakir, berasal dari Persia, ahli menumbali (metode rukyah) tanah angker yang dihuni jin-jin jahat tukang menyesatkan manusia. Setelah para Jin tadi menyingkir dan lalu tanah yang telah netral dijadikan pesantren. Setelah banyak tempat yang ditumbali (dengan Rajah Asma Suci) maka Syekh Subakir kembali ke Persia pada tahun 1462 M dan wafat di sana. Salah seorang pengikut atau sahabat Syekh Subakir tersebut ada di sebelah utara Pemandian Blitar, Jawa Timur. Terdapat peninggalan Syekh Subakir berupa sajadah yang terbuat dari batu kuno disana.

wali songo
Gambar : Wali Songo


2. Fase Kedua Wali Songo
Pada periode kedua ini masuklah tiga orang wali menggantikan tiga wali yang wafat. Ketiganya adalah:
  1. Raden Ahmad Ali Rahmatullah, datang ke Jawa pada tahun 1421 M menggantikan Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 M. Raden Ahmad berasal dari Cempa, Muangthai Selatan (Thailand Selatan).
  2. Sayyid Ja’far Shodiq berasal dari Palestina, datang di Jawa tahun 1436 menggantikan Malik Isro’il yang wafat pada tahun 1435 M. Beliau tinggal di Kudus sehingga dikenal dengan Sunan Kudus.
  3. Syarif Hidayatullah, berasal dari Palestina. Datang di Jawa pada tahun 1436 M. Menggantikan Maulana Ali Akbar yang wafat tahun 1435 M. Sidang walisongo yang kedua ini diadakan di Ampel Surabaya.

Para wali kemudian membagi tugas. Sunan Ampel, Maulana Ishaq dan Maulana Jumadil Kubro bertugas di Jawa Timur. Sunan Kudus, Syekh Subakir dan Maulana Al-Maghrobi bertugas di Jawa Tengah. Syarif Hidayatullah, Maulana Hasanuddin dan Maulana Aliyuddin di Jawa Barat. Dengan adanya pembagian tugas ini maka masing-masing wali telah mempunyai wilayah dakwah sendiri-sendiri, mereka bertugas sesuai keahlian masing-masing.

3. Fase Ketiga Wali Songo
Pada tahun 1463 M. Masuklah empat wali menjadi anggota Walisongo yaitu:
  1. Raden Paku atau Syekh Maulana Ainul Yaqin kelahiran Blambangan Jawa Timur. Putra dari Syekh Maulana Ishak dengan putri Kerajaan Blambangan bernama Dewi Sekardadu atau Dewi Kasiyan. Raden Paku ini menggantikan kedudukan ayahnya yang telah pindah ke negeri Pasai. Karena Raden Paku tinggal di Giri maka beliau lebih terkenal dengan sebutan Sunan Giri. Makamnya terletak di Gresik Jawa Timur.
  2. Raden Said, atau Sunan Kalijaga, kelahiran Tuban Jawa Timur. Beliau adalah putra Adipati Wilatikta yang berkedudukan di Tuban. Sunan Kalijaga menggantikan Syekh Subakir yang kembali ke Persia.
  3. Raden Makdum Ibrahim, atau Sunan Bonang, lahir di Ampel Surabaya. Beliau adalah putra Sunan Ampel, Sunan Bonang menggantikan kedudukan Maulana Hasanuddin yang wafat pada tahun 1462. Sidang Walisongo yang ketiga ini juga berlangsung di Ampel Surabaya.

4. Fase Keempat Wali Songo
Pada tahun 1466 diangkat dua wali menggantikan dua yang telah wafat, yakni:
  1. Raden atau Raden Fattah (Raden Patah)
    Raden Patah merupakan murid dari Sunan Ampel, beliau putra Raja Brawijaya Majapahit. Pada tahun 1462 M, beliau diangkat sebaga Adipati Bintoro dan membangun Masjid Demak pada tahun 1465 M. pada tahun 1468 dinobatkan sebagai Sultan Demak.
  2. Fathullah Khan, putra Sunan Gunungjati, beliau dipilih sebagai anggota Walisongo menggantikan ayahnya yang telah berusia lanjut.

5. Fase Kelima Wali Songo
Dalam fase ini, masuklah Sunan Muria atau Raden Umar Said, putra Sunan Kalijaga menggantikan wali yang telah wafat. Konon Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang itu adalah salah satu anggota Walisongo, namun karena Siti Jenar di kemudian hari mengajarkan ajaran yang menimbulkan keresahan umat dan mengabaikan syariat agama maka Siti Jenar dihukum mati. Selanjutnya kedudukan Siti Jenar digantikan oleh Sunan Bayat – bekas Adipati Semarang (Ki Pandanarang) yang telah menjadi murid Sunan Kalijaga.


B. MAULANA MALIK IBRAHIM
sunan gresik
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi. Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw. Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya. Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah (kasta yang disisihkan dalam Hindu). Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur


C. SUNAN AMPEL
sunan ampel
Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang). Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya. Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M. Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura. Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dialah yang mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina." Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.


D. SUNAN GIRI
sunan giri
Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya, seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma) Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai. Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah "giri". Maka ia dijuluki Sunan Giri. Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata. Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa. Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18. Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau. Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.


E. SUNAN BONANG
sunan bonang
Sunan Bonang adalah anak dari Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha. Ia kemudian menetap di Bonang (desa kecil di Lasem, Jawa Tengah) sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan / zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit. Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban. Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang. Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat 'cinta'('isyq). Sangat mirip dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya, Sunan Kalijaga. Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah "Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri. Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang. Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-Kurawa ditafsirkan Sunan Bonang sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan 'isbah (peneguhan).


F. SUNAN DRAJAT
sunan drajat
Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M. Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun Jelog (pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang). Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat, Paciran-Lamongan. Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk. Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah "berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang'. Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.


F. SUNAN GUNUNG JATI
sunan gunung jati
Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra' Mi'raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina. Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati. Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya "wali songo" yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan. Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. ersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten. Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.


H. SUNAN MURIA
sunan muria
Ia putra Dewi Saroh, adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus. Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya. Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530). Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.


I. SUNAN KUDUS
sunan kudus
Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh menunjuknya. Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus. Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti "sapi betina". Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi. Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya. Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.


J. SUNAN KALIJAGA
sunan kalijaga
Dialah wali yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya. Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam ('kungkum') di sungai (kali) atau "jaga kali". Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab "qadli dzaqa" yang menunjuk statusnya sebagai "penghulu suci" kesultanan. Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga. Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga. Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu selatan Demak.

Jabal Tsur, Bukti Keajaiban Allah

Jabal Tsur, Bukti Keajaiban Allah

Jabal Tsur 
 
IRMASAL, -- Ketika memandang lepas di Kota Makkah, terlihat beberapa bukit batu. Di antara dataran tinggi bebatuan tersebut, tepatnya jika memandang ke arah selatan, ada bukit yang menjadi saksi sejarah keajaiban yang diberikan Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Bukit tersebut adalah Jabal Tsur.

Bukit ini mempunyai tiga puncak yang saling berdekatan dan menyambung. Bukit itu termasuk salah satu yang tertinggi di Kota Makkah. Di puncaknya, ada sebuah gua yang sangat bersejarah, yakni Gua Tsur.

Para jamaah haji maupun umrah pada umumnya selalu mengunjungi lokasi ini ketika sedang berada di Tanah Suci. Di gua yang berada di Jabal Tsur itulah Rasulullah SAW diselamatkan dari orang Quraisy yang mengejarnya.

Dalam buku Ensiklopedi Haji dan Umrah tercatat pada 622 Masehi, ketika itu Rasulullah dan para sahabatnya akan melakukan hijrah dari Kota Makkah menuju ke lokasi baru yang nantinya bernama Madinah.

Hijrah ini dilakukan karena Rasululah mendapatkan banyak ancaman dari kaum kafir. Masa itu merupakan waktu yang kelam bagi umat Islam. Masa yang sangat sulit untuk menegakkan agama Allah.

Bahkan dalam musyawarah yang panjang di Darun Nadwah, para pemuka Quraisy memutuskan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Mereka mengirimkan para pemuda perkasa yang berasal dari tiap-tiap kabilah Quraisy untuk menjadi algojo.

Masing-masing dilengkapi dengan sebilah pedang. Alasan keterlibatan lebih dari satu kabilah agar Bani Hasyim dan Bani Muthallib, Kabilah Rasulullah berasal, tidak menuntut balas. Sebab, mayoritas kabilah Quraisy terlibat.

Pada malam yang telah ditetapkan para pemuda ini mengepung rumah nabi dari segala penjuru. Lewat tengah malam, Nabi Muhammad SAW menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat pembaringan dan memakai selimut yang biasa dipakai Rasulullah SAW.

Atas kekuasaan Allah tak seorang pun di antara para musuhnya yang melihat kepergian Nabi Muhammad SAW. Beliau lalu menuju rumah sahabatnya Abu Bakar untuk melarikan diri ke arah Jabal Tsur.

Setelah tersadar, para pemuda Quraisy ini kemudian masuk ke rumah. Alih-alih menemukan Rasulullah, mereka hanya melihat Ali bin Abi Thalib yang berpura-pura menggantikan nabi tidur.

Rasulullah pun terus diburu oleh para kaum kafir di Makkah. Mereka mengejar dan berusaha untuk membunuhnya.  Rasulullah dan sahabat yang menemaninya, Abu Bakar Ra, terus berlari dan menyelamatkan diri.

Meski berat dalam memperjuangkan tegaknya Islam, Rasulullah tetap teguh berjuang dan tak pernah lelah berdoa. Ketika dikejar oleh kaum Quraisy di sekitar Jabal Tsur, Rasulullah pun menemukan Gua Tsur.

Gua ini tidak terlalu besar, hanya cukup dimasuki orang tanpa berdiri tegak. Selama tiga hari tiga malam Rasulullah bersembunyi di sana.

Keajaiban pun terjadi. Pertolongan Allah SWT kepada Rasulullah muncul ketika sangat dibutuhkan. Saat kaum Quraisy tiba di depan gua, secara ajaib terdapat sarang laba-laba yang menutup mulut gua, juga sarang burung merpati.

Dalam waktu yang sangat singkat, makhluk-makhluk Allah ini berusaha melindungi Rasulullah dengan membuat sarang besar yang biasanya harus dibuat dalam waktu yang lama.

Pengorbanan dilakukan Abu Bakar Ra. Saat berada di dalam gua yang sempit itu, dengan kondisi tubuh yang lelah karena berlari dari kejaran kaum kafir, ia tak memperlihatkan rasa letih di depan Rasulullah. Ia pun mempersilakan Rasulullah SAW untuk tidur di pangkuannya.

Saat itu, tiba-tiba keluar seekor ular berbisa dari lubang di dalam gua. Abu Bakar berusaha menghalaunya agar ular tersebut tak mendekati Rasulullah.

Malang, justru dialah yang tergigit ular berbisa itu. Ia langsung mengigil dan demam karena gigitan ular tersebut. Meski keringat dingin mengucur dari wajah dan tubuhnya, ia tetap bergeming, tak ingin membuat tidur Rasulullah terganggu.

Pengorbanan lain juga dilakukan Asma binti Abu Bakar RA. Perempuan salihah ini berusaha selalu memberikan suplai makanan kepada Rasulullah yang sedang bersembunyi di dalam gua. Risiko besar dihadapinya, ia selalu mengendap-endap agar tidak ketahuan kaum kafir saat menuju Gua Tsur.

Oleh karena itu, gua sempit ini bukan sembarang gua. Di sanalah pernah terjadi sebuah peristiwa yang
memperlihatkan perjuangan penegakan Islam pada masa awalnya.

Gua ini menjadi saksi bisu pengorbanan kaum Muslim juga wujud nyata pertolongan Allah, sebuah keajaiban akan datang bagi hambanya yang sedang dalam kesulitan.

Peristiwa tersebut tertuang dalam Alquran, tepatnya di surah at-Taubah ayat 40. Di dalamnya dijelaskan, “Bila kamu tidak mau menolong Rasulullah maka Allah SWT telah menjamin menolongnya ketika orang-orang kafir.
mengusirnya berdua dengan sahabatnya. Ketika keduanya berada dalam gua, dia berkata kepada sahabatnya ‘janganlah engkau berdukacita karena Allah SWT bersama kita’.

Lalu Allah SWT menurunkan ketenangan hati kepada (Muhammad) dan membantunya dengan pasukan-pasukan yang tiada tampak olehmu.

Dijadikan-Nya kepercayaan orang-orang kafir paling rendah dan agama Allah SWT menduduki tempat teratas, Allah SWT Maha perkasa lagi Mahabijaksana.

4 CARA MERAIH SURGA ALLAH DENGAN MEMPERBAIKI AKHLAK

4 CARA MERAIH SURGA ALLAH DENGAN MEMPERBAIKI AKHLAK


4 cara meraih surga dengan memperbaiki akhlak :

1. Meninggalkan tidur untuk alam kubur. Meninggalkan tidur untuk kubur maksudnya adalah mengganti ketenangan tidur dengan melakukan amal shalih yang bisa membuat ketenangan di alam kubur kelak sesudah matinya.
2. Meninggalkan sikap membanggakan diri untuk mizan. Meninggalkan sikap membanggakan diri untuk mizan maksudnya adalah mengganti sikap membanggakan diri dengan melakukan amal shalih sehingga timbangan kebaikannya dalam mizan di akhirat kelak akan menjadi berat.
3. Meninggalkan istirahat dengan beralih pada shirath. Meninggalkan istirahat untuk shirath maksudnya mengganti ketenangan istirahat dengan melakukan amal yang membuatnya bisa melewati shirath dengan cepat, yakni dengan meninggalkan segala bentuk maksiat.
4. Meninggalkan syahwat untuk surga. Meninggalkan syahwat untuk surga maksudnya mengganti kesenangan-kesenangannya dengan melakukan berbagai ibadah meskipun terasa berat dalam melakukannya, sebab sebagaimana disebutkan dalam satu hadist : surga itu dipagari dengan sesuatu yang tidak disukai oleh kebanyakan manusia.

dengan mengamalkan cara cara ini insya allah kita akan dapat meraih surga allah amiin ya robb.